دعوة بالحال
DAKWAH BIL HAL
(Suatu Pengalaman Dakwah Terhadap Golongan Remaja di Indonesia)
Disampaikan dalam Seminar Dakwah Fakulti Usuluddin Akademi Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur tanggal 16-17 Julai 1994.
PENDAHULUAN
Sebelum kita membicarakan agama dan dakwah pada remaja, kiranya lebih baik kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan remaja? Sekumpulan pertanyaan yang kita ajukan terhadap remaja: Bagaimana dinamika jiwa remaja, apakah problem-problem yang melanda bagi kehidupan remaja?
Tanpa mengetahui masalah-masalah tersebut, teramatlah sulit memahami sikap dan tingkah laku para remaja. Berapa banyak keluhan yang berkepanjangan dari orang tua. Bahkan bersedih hati, kecewa bercampur frustasi di mana faktor penyebabnya adalah kerana anaknya yang telah remaja menjadi keras kepala, sukar diatur, mudah tersinggung, sering membuat masalah dan bersifat melawan.
Bahkan ada orang tua remaja tersebut yang bingung atau panik memikirkan kelakuan anak-anaknya yang telah remaja, seperti sering bertengkar, tingkah laku yang menentang adat istiadat, budaya dan norma-norma ajaran agama.
Di samping itu, tidak sedikit pula jumlahnya remaja-remaja yang merasa tidak mendapat tempat dalam masyarakat dewasa, bahkan di antara mereka ada yang merasa sedih dan penuh penderitaan dalam hidupnya. Mereka merasa tidak dihargai dan merasa tidak disayangi oleh orang tua, bahkan merasa diremeh dan direndahkan dirinya. Pada fikirannya timbul problematika baru, mereka cuba mencari jalan sendiri untuk membela dan mempertahankan harga dirinya, maka ditentangnya segala nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat mereka ingin hidup lepas, bebas nilai dan ikatan, maka di kota-kota besar timbullah kelompok pemabuk, peradat, hippies dan lainnya. Segala persoalan dan problematika yang terjadi pada remaja itu sebenarnya saling bertumpang tindih dan berkaitan dengan usia yang mereka lalui dan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan di mana mereka hidup.
Apabila seseorang remaja telah merasa dapat bertanggungjawab untuk dirinya sendiri, mampu mempertanggungjawabkan setiap sepak terajang dan dapat menerima falsafah hidup yang terdapat dalam masyarakat di mana ia hidup, maka waktu itu ia telah dapat dikatakan dewasa.
Masalah yang dihadapi remaja di Indonesia, biasanya berhubungan dengan kehidupan remaja itu dalam keluarga.
Bagi kita kaum muslimin sangat menarik untuk mengkaji dan sebagai rumusan tujuan bina remaja yang berkualitas seperti yang disabdakan oleh Rasulullah saw dari Abu Hurairah r.a:
Sabda Rasulullah saw:
“Ada tujuh golongan manusia yang Allah akan menaungi mereka di hari kiamat, dalam naungannya pada hari yang tiada naungan kecuali naungannya iaitu pemimpin yang adil dan anak muda yang tumbuh atau menjadi dewasa dalam keadaan selalu mengabdi kepada Allah swt dan seorang yang hatinya tergantung di masjid dan dua orang yang kasih mengasihi mereka berkumpul kerana Allah dan berpisah kerana Allah dan seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang perempuan berpangkat atau bangsawan lagi cantik pula tetapi ia menolak dan berkata: Sesungguhnya aku takut pada Allah dan seorang yang selalu ingat kepada Allah di kala berkhalwat hingga kedua matanya mencucurkan air mata.”
-Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim-
DAKWAH DALAM KALANGAN REMAJA
Pembinaan remaja muslim yang berkualiti merupakan salah satu tugas
yang mutlak diperlukan dalam pembinaan umat muslim. Remaja mempunyai potensi yang tinggi, merupakan modal yang tidak ternilai harganya untuk membentuk masyarakat yang islami.
Sesungguhnya islam tidak akan membiarkan pemeluknya tertidur seperti tertidurnya Ahli Kahfi sebab islam adalah agama yang dinamis, hidup dan bebas.
Berdasarkan konsep ini, maka akan terus bermunculan manusia manusia yang mengadakan pembaharuan terhadap umatnya. Allah sentiasa mengutus mujaddid baik secara individu, kelompok, institusi atau gerakan yang terkadang datang dari kelompok alim ulamak, pendidik, panglima, pemimpin yang soleh atau khalifah yang bijak yang akan membangunkan umat dari tidurnya dan menghidupkan generasi islam.
Kebangkitan menurut Dr. Qardhawi dalam bukunya ‘Humumu al muslim al-mu’ashir’ berkata: “Kebangkitan ini merupakan kebangkitan akal, sekaligus kebangkitan emosi, perasaan dan sikap perbuatan. Kebangkitan menjadikan umat Islam mengenal dan menerima nilai-nilai berharga yang dibawa oleh Islam yang Hanif ”.
Sesungguhnya masa depan itu berada dibawah kekuasaan Allah, dapat kita prediksikan, kemudian kita pastikan akan begini dan begitu. Berdasarkan gejala-gejala yang muncul. Insya-Allah jika dakwah tetap berjalan sesuai dengan yang digariskan Allah dan sunnah Rasulullah saw akan dapat menyingkirkan kendala yang menghadangnya serta dapat memecahkan segala permasalahan yang meliputinya.
Seseorang tidak mungkin membendung dan melawan krisis akhlak dan menyelesaikan masalahnya dengan kacamata Islam secara individual, sebab potensi manusia kecil bila bercerai-berai dan akan besar jika berkelompok. Orang akan lemah secara individual dan akan kuat secara kolektif.
Oleh kerana itu, meskipun Musa a.s adalah orang yang kuat, percaya, amanah, masih berdoa ke hadrat Allah agar diberikan keteguhan dan kekuatan dengan dibantu saudaranya Harun a.s.
1. هرون أخي.اشدد به أزري. وأشركه في أمري. كي نسبحك كثيرا ونذكرك كثيرا
“Harun saudaraku, teguhkanlah dengan Dia kekuatanku dan jadikanlah Dia sekutu dalam urusanku supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau dan banyak mengingati Engkau ”.
( Q.S.Thaha :30-34 )
Mencuba mengaitkan dakwah dengan masyarakat yang semakin moden tanpa melakukan pemahaman dan penyegaran kembali pengertian dakwah akan membawa kita kepada normative dan bahkan apologetik. Pemahaman dakwah selama ini, baik pada tingkat akademik mahupun praktis lebih terpusat pada satu sisi atau dimensi sahaja, iaitu dakwah sebagai penyampaian kebenaran dimensi kerisalahan semata. Padahal ada dimensi lain yang Allah sendiri tegaskan dalam firman-Nya pada surah Al-Anbiya’ ayat 107:
"وماأرسلنك إلا رحمة للعلمين"
“Tidak kami utus engkau (wahai Muhammad) kecuali untuk rahmat semesta alam”.
Disamping itu dakwah sering dikonorasikan pada pengertian tabligh dalam makna sempit.
DUA DIMENSI BARU
Dimensi kerisalahan: Memahami dakwah dari Dimensi Kerisalahan (Al- Maidah 67 dan surah Al- Imran 104) bererti meneruskan tugas Rasulullah untuk menyeru agar manusia lebih mengetahui secara benar, memahami menghayati (mengimani) dan mengamalkan Islam sebagai pandangan hidup dan pedoman tingkah laku.
Oleh itu, dakwah yang dimaksudkan sebenarnya mengarah pada perubahan perilaku manusia pada peringkat individu maupun kelompok ke arah perilaku yang semakin Islami. Demensi kerisalahan dakwah, dengan demikian mencuba menubuhkan kesedaran dari dalam individu atau masyarakat tentang kebenaran nilai dan pandangan hidup Islam sehingga terjadi proses internalisasi nilai Islam sebagai intisari nilai hidupnya. Dengan ungkapan lain, kegiatan dakwah bererti proses mengkomunikasikan atau menentraksikan nilai-nilai Islami.
Melihat dakwah dari demensi kerisalahannya kita dapat simpulkan bahawa:
1. Islam merupakan sumber nilai
2. Dakwah merupakan proses alih nilai.
Dimensi Kerahmatan. Dengan melihat Firman Allah ( Anbiya, 107), maka kita akan melihat dimensi kerahmatan dakwah, iaitu mengaktualisasikan atau merealisasikan Islam sebagai Rahmat (dalam hidup sejahtera, bahagia dan sebagainya) bagi umat manusia, manakala dalam dimensi kerisalahan dakwah lebih bercorak mengamalkan Islam secara keseluruhan, maka dalam kerahmatan ini dakwah bererti mewujudkan Islam dalam kehidupan dengan konsep kerahmatan ini memang dituntut bagi umat Islam (Da’ie) untuk membuktikan validitas Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin. Dengan demikian dakwah berupaya menyebarkan nilai-nilai normatif Islam (dalam Al-Quran dan Sunnah) dan menjadi konsep kehidupan yang dilaksanakan dalam kehidupan sehari- hari.
Menatap dakwah dari dimensi kerahmatannya dapat kita simpulkan bahawa:
1. Islam merupakan sumber konsep.
2. Dakwah sebagai operasionalisasi ajaran Islam (Aktualisasi dan kebenaran mutlak Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, sebagai sumber konsep).
DAKWAH MULTIDIALOGIS
Untuk dapat berlangsungnya interaksi maka pesan dakwah harus dikemas sebaik mungkin bagi mencakupi pelbagai aspek kehidupan manusia baik pada peringkat maupun peringkat komunitas, dalam kaitan tersebut maka kegiatan dakwah merupakan aktiviti yang bersifat multidialogi dan kerananya akan dikenal sebagai “Jalur” dialog dakwah sesuai dengan pesan yang disampaikan.
Pada tingkat individu misalnya, dakwah berupa :
1. Dialog informasi( pengetahuan)
2. Dialog nilai
3. Dialog Ide, gagasan atau konsep
4. Dialog Estetik(seni budaya)
5. Dialog emaliah
6. Dialog aqidah dan spiritual dan sebagainya.
Pada tingkat komunitas misalnya dakwah berupa :
1. Dialog ekonomi
2. Dialog sosial
3. Dialog budaya dan seterusnya.
Kalau kita mencuba melakukan “pemotretan” masyarakat di masa depan ada tiga kecenderungan utama yang akan dan mulai terjadi dalam masyarakat secara langsung mahupun tidak langsung akan mempengaruhi pada kegiatan dakwah Islamiah. Ketiga-tiga kecenderungan di maksudkan ialah:
1. Loncatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iftek)
2. Proses ledakan informasi
3. Proses Globalisasi di berbagai aspek kehidupan
Ketiga-tiga hal tersebut saling kait mengait dan akan memberi perubahan wajah masyarakat yang amat berbeza dengan keadaan sekarang. Perubahan tersebut oleh sebahagian pakar bahkan dilukiskan sebagai suatu perubahan yang sangat cepat. Perubahan yang kita hadapi, baik sebagai bangsa maupun umat Islam.
Tulisan ini hanya akan mengupas kecenderungan perubahan masyarakat secara “ad-hock” terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang harus dihadapi oleh umat Islam. Ketiga-tiga kecenderungan di atas akan merubah wajah masyarakat termasuk umat Islam menjadi masyarakat yang mempunyai ciri-ciri berikut:
Pertama: Teknologisasi kehidupan, masyarakat teknologis adalah masyarakat yang semua urusan dan kegiatan harus dikerjakan menurut tekniknya masing-masing yang cenderung sudah baku (standernised) polar kehidupan yang teknologis membawa konsekuensi nilai iaitu makin dominannya pertimbangan efisiensi, produktivitas (fizik) dan yang sejenis yang umumnya menggambarkan suatu ciri-ciri materialistik. Pertanyaan yang timbul dalam masyarakat teknologis? Interpretasi nilai agama yang bagaimana dapat kita tawarkan masyarakat teknologis tersebut ? Inilah pertanyaan–pertanyaan “pekerjaan rumah” bagi umat islam yang selama ini belum secara serius dikerjakan .
Kedua: Kecenderungan perilaku masyarakat yang makin “fungsional”. Yang dimaksudkan masyarakat fungsional adalah masyarakat yang masing-masing warganya sekadar menjalankan fungsinya dalam semua aspek kehidupan. Hubungan sosial hanya terjadi kerana adanya kegunaan atau fungsi tersebut, ertinya hubungan antara manusia lebih diwarnai oleh motif-motif kepentingan (fungsional) yang biasanya berkonotasi fisik material. Dalam masyarakat yang demikian, nilai–nilai agama kurang mendapat (pasaran ) kerana dianggap tidak fungsional. Persoalan langsung bagi kita ialah bagaimana kita dapat menyebarkan islam dan kemudian menawarkan ke tengah masyarakat sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang “fungsional” yang dibutuhkan.
Ketiga: Masyarakat padat informasi. Dengan makin berkembangnya teknologi informasi, maka masuknya masyarakat dalam era informasi merupakan hal yang tak teralakkan. Ada beberapa hal yang berkenaan dengan masyarakat informasi ini, yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan dakwah Islamiah. Pertama, makin sentralnya kedudukan informasi pada pelbagai aspek kehidupan. Informasi merupakan (komoditas) atau “zodal” ekonomi, politik ataupun sosial. Mereka yang menguasai informasi bererti kelompok yang “menguasai” kehidupan. Hal yang demikian juga bersangkutan dengan bidang dakwah. Konsekuensi yang perlu kita fikirkan ialah makin pentingnya kedudukan “dialog informasi” sebagai salah satu bentuk dakwah dengan pensyarikatan. Kedua, masuknya era informasi bererti makin mudahnya berbagai tata nilai dan budaya asing memasuki masyarakat kita. Kecenderungan yang ada ialah makin berkembangnya tata materialistik, hedonistik, rasionalistik, sekularistik dan sebagainya, yang pada hakikatnya merupakan permasalahan dakwah yang harus dihadapi.
Keempat: Kehidupan yang makin sistamik dan terbuka. Salah satu ciri masyarakat moden ialah sepenuhnya berjalan dan diatur oleh sistem dinamika. Kehidupan sosial kita diatur oleh sistem, bukan diatur oleh orang lain Selanjutnya sistem yang mengatur tersebut tidak hanya bersifat lokal, nasional atau regional, akan tetapi juga bersifat global. Dalam masyarakat yang demikian, maka masyarakat di pelbagai negara menjadi suatu masyarakat yang “terbuka” terhadap pengaruh luar dari mana pun. Di masa mendatang, pelbagai kekuatan asing (baik kekuatan sosial, politik, ekonomi, teknologi, maupun budaya) akan ikut menentukan bagaimana dinamika masyarakat kita berlangsung.
Kelima: Individualisasi kehidupan beragama. Dalam konsep modenisasi tersebut memang agama tidak menduduki lagi peranan yang layak atau bahkan tersisih. Kalaupun agama dilakukan, semata-mata masalah individu belaka, agama dipandang hanya menyangkut masalah ruhaniah (transcendental) saja, sedang terhadap kehidupan menyangkut sehari-hari agama tidak lagi mempunyai kompetan untuk mengatur.
MODEL DAKWAH DI KALANGAN REMAJA DI INDONESIA
Titik sentral upaya kebangkitan ruhil Islam adalah kebangkitan para pemuda. Sebab pemuda-pemudilah sebagai tunggak atas tiang yang sangat diperlukan untuk mendekati mereka para pemikir atau berdialog dengan mereka secara kebapakan, tidak menyaingi mereka dan tidak selalu mencurigai mereka. Pemuda mukmin dan mukminah merupakan potensi termahal dalam ummah. Mereka adalah kekayaan ummah. Oleh sebab itu kita memberi sepenuh perhatian kepadanya kerana apabila perlekehkan mereka maka dengan siapa lagi mereka membangun dan memajukan agama dan umat?
Bila anak sering dikritik, dia belajar mengumpat
Bila anak sering dikasari, dia belajar berkelahi
Bila anak sering diejek, dia belajar pemalu
Bila anak sering dipermalukan, dia belajar merasa bersalah
Bila anak sering dimaklumi, dia belajar menjadi sabar
Bila anak sering disayangi, dia belajar menghargai
Bila anak diterima dan diakrabi, dia akan menemui cinta.
Ungkapan puitis ini sangat menarik untuk direnungi bersama yang diutarakan oleh pakar pendidik kanak-kanak dalam buku (children learn what oney live).
Sikap orang tua atau ibu bapa yang terbaik adalah sebagaimana yang dirakamkan dalam kitab sucinya:
قال الله تعالى :"ياأيها الذين أمنوا إن من أزواجكم وأولدكم عدوالكم فاحذروهم وإن تعفوا وتصفحوا وتغفروا
فإن الله غفور رحيم".
Maksudnya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah, dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”
(surah 64: ayat 14)
Berupaya untuk membentuk keluarga bahagia dan konsep anak soleh, berupaya ke arah ini untuk kita telusuri ajaran yang terkandung kira-kira empat puluh tanggungjawab orang tua, masyarakat dan lembaga pendidikan islam demi untuk kesejahteraan lahiriah dan batiniah anak-anak atau remaja yang dimulai dari mencari jalan yang baik untuk menanam bibit unggul atau terpilih yang sesuai untuk pertumbuhannya (HR. Ibnu Majah, Daruquthni dan Al Hakim) sampai kepada wasiat terakhir untuk si anak.
Al-Quran dan Sunnah telah menjelaskan materi-materi pokok yang harus ditanamkan, dilatih dan dibiasakan serta diajarkan, dididik kepada anak-anak:
• Memilih calon jodoh yang baik
• Cari calon jodoh yang jauh pertalian darah
• Utamakan yang perawan
• Fungsi anak
• Berdoa waktu berjima’
• Sikap menyambut bayi perempuan
• Bergembira menyambut kelahiran anak
• Memberi nama yang baik
• Mengaqiqah
• Menyusui
• Mengkhitankan
• Menberi nafkah
• Lemah lembut dan kasih sayang
• Menanamkan rasa cinta sesama anak
• Memenuhi janji pada anak
• Tidak mengurangi hak anak
• Mendidik akhlak
• Menanamkan aqidah
• Melatih ibadah solat
• Berlatih adil
• Memisahkan tempat tidur anak lelaki dan perempuan
• Memerhati teman pergaulannya
• Mengajarkan Al- Quran
• Mengajarkan suruhan dan larangan Allah
• Menjauhkan anak-anak bermewah-mewah
• Memerhatikan tiga waktu aurah
• Mengajarkan olahraga
• Menghormati anak
• Menghibur keluarga
• Mencegah pergaulan bebas
• Menyuruh berpakaian taqwa
• Menjauhkan anak daripada bersikap buruk
• Menempatkan anak-anak pada suasana yang baik
• Memperkenalkan kaum kerabat kepada anak-anak
• Mendidik berjiran dan bermasyarakat
• Membantu anak untuk berkahwin
• Bersabar ketika anak mendapat musibah
• Mendidik anak menyayangi binatang
• Menyuruh anak menegakkan amar makruf nahi mungkar
• Mewasiatkan agama pada anak
Selanjutnya dalam makalah ini sekelumit saya sampaikan model dakwah bina remaja di Indonesia, baik pengalaman di lapangan mahu pun ditangani langsung oleh lembaga-lembaga dakwah atau pun perguruan tinggi baik negeri mahu pun partikelir (swasta):
A Dakwah remaja melalui jalur perguruan tinggi
Kami selaku dosen agama islam fakultas sastera dan kebudayaan Universitas Gajah Mada setiap tahun ajaran baru atau penerimaan mana-mana siswi baru; mereka didata biografinya secara terperinci; latar belakang orang tua, pengalaman keagamaan “sudah melaksanakan ibadah atau belum”, kemudian dapat atau tidak membaca al-quran.
Dalam perkuliahan Agama Islam mereka dididik dan ditarbiyah sedemikian rupa dan diberi paket-paket dakwah yang memuat komponen-komponen ajaran Islam seperti (Akidah Islamiah, Syariah, Ibadat dan muamalah ).
Kuliah-kuliah bersifat kumulatif dalam memberikan nilai: mereka wajib melaksanakan:
1. Hadir minimal 75% tatap muka.
2. Resensi buku atau bedah buku karangan pakar Islam kaliber Internasional dalam pelbagai judul.
3. Membuat makalah untuk seminar berkelompok, minimal 3 orang atau lebih untuk membahas topik-topik pilihan (semua mahasiswa wajib membuat makalah dan hadir pada waktu yang ditetapkan).
4. Masing-masing membuat klipping / guntingan koran / majalah dijilid dengan rapi yang isinya menarik, memuat masalah aktual baik tentang Islam, teknologi kebudayaan, kesihatan dsb.
5. Mereka wajib bersedekah setiap akhir / tutup kuliah bersama-sama bakti sosial ke desa-desa dengan membawa tikar, lampu petromak, buku keIslaman dalam pelbagai judul untuk disumbangkan ke masjid–masjid yang miskin dan tidak jarang daripada yang terkumpul, dibelikan batu bata / lantai untuk masjid yang belum selesai pembangunannya. Puncak pertemuan di masjid adalah menyelenggarakan “Pengajian akhbar” bersama-sama Ahlul bait dan masyarakat sekitarnya.
6. Kemudian kuliah-kuliah agama Islam setiap minggu tiga hari wajib mengikuti pagi sore hari kuliah asistan agama Islam yang materinya antara lain belajar membaca Al-Quran, praktik solat, Fuqhunnisa (Khusus Akhawat) pengalaman aqidah.
7. Diskusi pannal ditunjuk / dipilih mahasiswa yang dedikasi dan intelektualnya tinggi membuat majalah–majalah ilmiah seperti: Konsep Islamiah Ilmu Pengetahuan, Pandangan islam terhadap sekularisma, Seni dalam pandangan Islam, Agenda permasalah umat dan sebagainya.
.
B Dakwah Remaja melalui masjid
Masjid Kampung dan masjid Kampus berperanan sedemikian rupa dan para remaja terlibat sepenuhnya, baik selaku takmir maupun saksi– saksi yang dibuat dalam Organisasi Kemasjidan. Program-program dakwah yang ditawarkan untuk membina remaja Iman dan Islam dengan melakukan kegiatan–kegiatan:
1 Melakukan peringatan–peringatan Hari Besar Islam di masjid seperti Peringatan Maulidur Nabi saw, Peringatan I Muharam (Tahun baru hijrah ), Peringatan Nuzulul Quran, Peringatan berdirinya masjid dan setiap hari raya masing–masing masjid di Indonesia menyelenggarakan ceramah umum dan upacara rasmi bersalaman dan saling maaf-memaafkan dengan istilah halal bi halal.
2 Lembaga-lembaga masjid atau organisasi remaja masjid pada tingkat kecamatan, kabupatan dan propinsi terbentuk dalam rangka kerjasama dakwah dan sosial kemasyarakatan.
3 Training-training yang diikuti remaja masjid dengan bobot materi penataran atau latihan dimaksud berkisar sekitar:
1. Management masjid dan Management dakwah.
2. Metodologi dan strategi dakwah dalam menghadapi sosial.
3. Retorika dakwah dan kursus ketrampilan .
4. Sirah nabawiyah .
5. Aqidah Islamiah .
6. Psikologi Dakwah dan Public Relation.
7. Ukhuwwah Islamiah.
8. Hikmah dan tujuan pernikahan
9. Problematika dunia Islam .
10.Praktik-praktik dakwah, diskusi, sembahyang malam, menghafal ayat- ayat pilihan.
11.Survel lapangan dan pembuatan program.
C Pendekatan Dakwah secara umum
Upaya memupuk, membina dan memelihara keimanan remaja di Indonesia, model-model pendekatan yang terbaru telah dilakukan baik melalui jalur dakwah informasi maupun semi pendidikan formal seperti;
1. Mendirikan Pusat Kajian Islam yang diterima oleh para mahasiswa, pendidikan selama dua tahun dengan diberi nama Ma’had Islamy, pesentrena/ pondok Mahasiswa, masing-masing bertempat di masjid dan 1 buah sudah mempunyai gedung ( Aji Mahasiswa), peminatnya tidak bisa ditampung maka terpaksa diseleksi, yang mengikuti mahasiswa yang merengkuh kuliah dari perguruan tinggi umum seperti Fakulti Kedoktoran, Teknik, Sospel, Ekonomi, Sasdaya dsb.
2. Bina remaja khusus dipilih mahasiswa yang nilai indeknya prestasinya minima 3 (tiga), ditampung atau bertempat tinggal diasrama atau kompleks: dan mereka diberi pengajian wajib seperti tafsir, hadith, fiqh tauhid dan kapita selekta serta mendatang pakar- pakar dari pelbagai disiplin ilmu. Diharapkan mereka para sarjana yang telah selesai nantinya mengembangkan wawasan keIslaman(Dakwah Islamiyah): usaha lain untuk memadukan pakar sains dan Islam tidak terjadi konflik, mereka wajib memperjuangkan agamanya menurut disiplin ilmunya masing-masing.
3. Membentuk Lembaga Kerpa Mubaligh Pedesaan ditangani remaja.
Hampir setiap Perguruan Tinggi Umum maupun Agama para
mahasiswa mempunyai lokasi khusus yang diberi nama “Desa Bina “ ertinya satu kaluharan (kenegeriaan, dibantu dalam wujud dakwah bil qalam, bil hal dan bil khitabah), juga pada acara hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha dakwah remaja bersama-sama ke desa bina memberikan zakat fitrah dan ternak korban untuk fuqara’ dan masa kini.
Pendekatan remaja /umum secara retorika dapat dikemukakan bahawa setiap idea atau gagasan, konsepsi yang dibicarakan di hadapan umum (massa), dianggap mencapai hasil yang dinilai sukses, manakala Audiensinya:
• Telah merasa seperti yang dibicarakan oleh pembicara.
• Telah berfikir dengan cara dan seperti pemikiran pembicara.
• Telah dapat memahami atau mengerti dengan baik isi pesan ( Idea) oleh pembicara (Orator).
• Telah sefaham atau sependapat dan mendukung isi pesan yang disampaikan.
• Telah yakin akan kebenaran idea yang dikemukakan oleh si pembicara.
• Telah bertindak mengamalkan isi pesan yang dimaksudkan.
• Dan telah bersedia berjuang dan berkorban untuk membela dan mempertahankan kebenaran isi pesan (massage) yang diungkapkan oleh pembicara.
KESIMPULAN
Pendekatan dakwah di kalangan remaja memakai method multi dimensional, baik melalui kajian-kajian intensif, melalui latihan kepimpinan dengan menyerahkan tugas tertentu, melalui media massa, tulisan ataupun uswatun hasanah. Mungkin perlu diuji cuba sebuah pilut projek Islamic Center yang dikelola sepenuhnya oleh remaja yang serba lengkap dengan fasilitas:
1. Ladoratorium.
2. Laboraronium.
3. Masjid.
4. Taman bacaan/ perpustakaan.
5. Radio ( Pemacar Radio Dakwah Remaja ).
6. Ruang diskusi atau seminar.
7. Pesantren seleksi bibit dari propinsi, Madrasah atau sekolah umum ( mereka dididik, dilatih dan dikader.
8. Perkebunan ataupun persenian perantohan.
9. Tempat latihan teknik terpakai.
10. Tempat Diklat (pendididikan latihan) berjanjan tingkat awal / menengah dan tinggi seperti latihan kepimpinan, karya tulisan ilmiah keagamaan dan para dai’e atau (du’at ).
11. Komputerisasi dan pemetaan Dakwah terlengkap yang memuatkan data kependudukan, pemeluk agama, lembaga – lembaga dakwah, jumlah masjid, mubaligh yatim piatu, fuqarak dan masakin, data desa tertinggal, jumlah remaja yang bersekolah, data kegiatan remaja Islam, tinggat pendidikan mahupun data pengnagguran dsb.
Demikianlah secercah tulisan yang mungkin kurang sempurna yang
dapat disajikan kepada para hadirin yang amat mulia ini, semoga dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.
Oleh : RMA.HANAFIAH ACHMAD
Projek Pustaka Alaf Azhari Manhal PMRAM
0 comments:
Post a Comment